SISTEM TRANSPORT ELEKTRON
- Rantai transpor elektron adalah
tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob.
- Transpor elektron sering
disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal.
- Transpor elektron berlangsung
pada krista (membran dalam) dalam mitokondria.
- Molekul yang berperan penting
dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs.
- Selain itu, molekul lain yang
juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b,
sitokrom c, dan sitokrom a.
- Pertama-tama, NADH dan FADH2
mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang berasal dari reaksi
oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q.
- Energi yang dihasilkan ketika
NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan
fosfat anorganik menjadi ATP.
- Kemudian koenzim Q dioksidasi
oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga melepaskan 2
ion H+.
- Setelah itu sitokrom b
dioksidasi oleh sitokrom c.
- Energi yang dihasilkan dari
proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi
untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.
- Kemudian sitokrom c mereduksi
sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor elektron.
- Sitokrom a ini kemudian akan
dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang paling
elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir
elektron.
- Setelah menerima elektron dari
sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan
dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O).
- Oksidasi yang terakhir ini
lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP
dan gugus fosfat organik menjadi ATP.
- Jadi, secara keseluruhan ada
tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP.
- Sejak reaksi glikolisis sampai
siklus Krebs, telah dihasilkan NADH sebanyak 10 dan FADH2 2 molekul.
- Dalam transpor elektron ini,
kesepuluh molekul NADH dan kedua molekul FADH2 tersebut mengalami oksidasi
sesuai reaksi berikut.
- Setiap oksidasi NADH
menghasilkan kira-kira 3 ATP
- Dan kira-kira 2 ATP untuk
setiap oksidasi FADH2.
- Jadi, dalam transpor elektron
dihasilkan kira-kira 34 ATP.
- Ditambah dari hasil Glikolisis
(2ATP) dan siklus Krebs (2 ATP), maka secara keseluruhan reaksi respirasi
seluler menghasilkan total 38 ATP
- Jadi dari satu molekul glukosa
menghasilkan total 38 ATP.
- Akan tetapi, karena dibutuhkan
2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap
respirasi seluler adalah 36 ATP. (lihat gambar)
PROSES GLIKOLISIS
Glikolisis merupakan jalur, dimana
pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat
direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat
D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut :1. Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa dioksidasi sebagian.
2. Produksi piruvat
3. Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis L–alanin, dan sebagainya.
Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat. Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.
Regenerasi NAD+ oleh piruvat.
Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.
Gugus fosforil pada glukosa 6 fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat :
Fruktosa 6–fosfat mengalami fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP lagi yang diinvestasikan.
Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+ sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya, 1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat :
Produk reaksi ini, yaitu 2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Fosfoenolpiruvat adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya kepada ADP.
Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu molekul glukosa :
1. Terbentuk dua molekul piruvat.
2. Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3. Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang dinvestasikan).
Tabel 15.1. Mengikhtisarkan reaksi glikolisis :
1. Glukosa Glukosa 6-fosfat
2. Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat
3. Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat
4. Fruktosa 1,6–difosfat
Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat
5. Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat
6. 1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat
7. 3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat
8. 2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat
9. Fosfoenolpiruvat piruvat
Contoh proses glikolisis itu sendiri terjadi pada Glikolisis pada sel ragi dan glikolisis pada sel darah merah.
A. Glikolisis pada Sel Ragi
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan didapat bahwa pada glikolisis sel ragi didapat pada tabung ke 1 (suspensi ragi + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis berjalan dengan baik dan semua glukosa terhidrolisis. Pada tabung ke 2 (suspensi ragi dipanaskan + larutan glukosa) ditambahkan pereaksi Benedict dan setelah dipanaskan ternyata proses glikolisis masih berjalan, seharusnya proses glikolisis tidak berjalan, hal ini disebabkan karena ragi yang dipanaskan sel ragi akan mati maka tidak terjadi glikolisis. Pada tabung ke 3 (suspensi ragi + larutan glukosa + laruitan arsenat (AS2O3 1 %) + pereaksi Benedict) setelah dipanaskan ternyata glikolisis tetap berjalan. Arsenat di sini seharusnya sebgai penghambat/inhibitor agar tidak terjadi glikolisis, ternyata arsenat di sini tidak menghambat glikolisis, glukosanya habis karena glikolisis tetap berjalan. Fungsi penambahan arsenat di sini sebagai inhibitor/penghambat proses glikolisis dan glukosa yang dihasilkan tidak habis (tidak semua glukosa terhidrolisis). Jika dilihat dari kadar glukosa, pada tabung ke 1 kadar glukosanya lebih sedikit (endapan yang terlihat sedikit) sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan endapan berwarna kuning kecoklatan, ini menandakan bahwa kadar glukosa berkurang, proses glikolisis tetap terjadi tetapi hanya sedikit glukosa yang terhidrolisis. Begitu juga hal ini pada tabung ke 2 endapan terlihat banyak (sebelum dipanaskan) terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, glikolisis juga tetap terjadi tetapi hanya sedikit. Pada tabung ke 3. terdapat endapan kuning setelah dipanaskan, ini menandakan bahwa kadar glukoa telah berkurang, walaupun pada tabung ke 3 ini sudah ditambahkan arsenat yang dijadikan sebagai inhibitor/penghambat, tetapi arsenat tidak menghambat glikolisis, glikolisis dapat berjalan walau hanya sedikit. Pereaksi Benedict di sini digunakan untuk indikasi banyak atau tidaknya glukosa.
Reaksi Glukosa + Benedict
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
(endapan)
b. Glikolisis pada Sel Darah Merah
Pada tabung ke 1 dan ke 2 digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Bertujuan untuk membandingkan dengan tabung ke 3 dan ke 4 digunakan untuk melihat inhibitor. Pada tabung ke 1, ke 3, dan tabung ke 4 ditambahkan satu tetes darah . Masing-masing tabung ditambah larutan buffer fosfat (7 ml). Lalu ketiga tabung tersebut dtambahkan dengan glukosa 2 % sebanyak 1 ml. Pada tabung ke 4 dan ke 3 ditambah lagi dengan larutan arsenat pada tabung ke 4 dan ditambah lagi dengan larutan Hg(CH3COO)2 pada tabung ke 3. Setelah itu keempat tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30menit, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Pada tiap tabung terdapat endapan yang berwarna berbeda-beda. Pada tabung ke 1 dan ke 2, terdapat endapan merah bata, ini menandakan semua glukosa terglikolisis. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4, tabung ke 3 endapan berwarna coklat dan tabung ke 4 berwarna kuning, ini menandakan proses glikolisis tetap berjalan, walaupun ada ditambahkan larutan penghambat (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2).
Dari warna endapan yang ada kita dapat membandingkan pada tabung ke 1 dan ke 2 proses glikolisis berlangsung dengan baik karena kadar glukosa berkurang, glikolisis berjalan dengan baik karena tidak ada yang menghambat. Sedangkan pada tabung ke 3 dan ke 4 yang sudah diberi larutan penghambat/inhibitor (arsenat dan larutan Hg(CH3COO)2) glikolisis tetap berjalan, karena kerja penghambat di sini hanya sedikit sekali menghambatnya, terlihat dari berkurangnya sedikit glukosa dari warna endapan yang terlihat berbeda antara tabung ke 3 dan ke 4 dengan tabung ke 1 dan ke 2
Reaksi Peragian
Reaksi Fermentasi Asam Laktat
Prosesnya :
1. Glukosa Asam piruvat (proses glikolisis)
2. Dehidrogenasi Asam Piruvat akan terbentuk Asam Laktat
Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentu asam laktat
8 ATP – 2 NADH2 = 8 – 2 (3 ATP) = 2 ATP
1. Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif merupakan suatu tahapan proses katabolisme (reaksi pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah) yang merupakan lanjutan dari proses glikolisis (proses pengubahan molekul sumber energi, yaitu glukosa yang mempunyai 6 atom C manjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu asam piruvat yang mempunyai 3 atom C). Menurut Wapedia (2010) dekarboksilasi merujuk pada reaksi kimia yang menyebabkan gugus karboksil (-COOH) terlepas dari senyawa semula menjadi karbon dioksida (CO2).
Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2 C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif (Joker 2009).
Menurut Nurqonaah (2009), Dekarbosilasi adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di intermembran mitokondria.
Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis akan melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut (Lihat gambar 1). Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.
Gambar
1. Dekarboksilasi Oksidatif
Glikolisis
melibatkan banyak enzim, uraian lebih lengkapnya di bawah ini:
1. Heksokinase
Tahap
pertama pada proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa
6-fosfat dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam
reaksi. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu oleh
ion Mg++sebagai kofaktor. Enzim ini ditemukan Meyerhof pada
tahum 1927 dan telah dapat dikristalkan dari ragi, mempunyai berat molekul
111.000. heksesokinase yang berasal dari ragi dapt merupakan katalis pada
reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga
kepada fruktosa, manosa, glukosamina. Dalam otak, otot, dan hati terdapat enzim
heksesokinase yang multi substrat ini. Disamping itu ada pula enzim-enzim yang
khas tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamin. Dalam kinase. Hati
juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat.
Enzim heksesokinase
dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila
glukosa-6-fosfat terbentuk dalam jumlah banyak, mak senyawa ini akan menjadi
inhibitor bagi enzim heksesokinase tadi. Selanjutnya enzim akan aktif kembali
apabila konsentrasi glukosa-6-fosfat menurun pada tingkat tertentu.
2. Fosfoheksoisomerase
Reaksi
berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi
fruktosa-6-fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan
kofaktor dan telah diperoleh dari ragi dengan cara kristalisasi. Enzim
fosfuheksoisomerase terdapat jaringan otot dan mempunyai beraat molekul
130.000.
3. Fosfofruktokinase
Frukrosa-6-fosfat
diubah menjagi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu
oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat
dipindahkan dariATP kepada fruktosa-6-fosfat dari ATP sendiri akan berubah
menjadi ADP.
Fosfofruktokinase
dapat dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang
terlibat dalam proses metabolism ini. Sebagai contoh, ATP yang berlebih
dan asam sitrat dapat menghambat,dilain pihak adanya AMP, ADP, dan
fruktosa-6-fosfat dapat menjadi efektor positif yang merangsang enzim
fosfofruktokinase. Enzim ini merupakan suatu enzim alosterik dan mempunyai
berat molekul kira-kira 360.000.
4. Aldose
Reaksi tahap
keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul
fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi
aseton fosfat dan D-gliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase
yang menjadi katalis telah dimurnukan dan ditemukan oleh Warburg. Enzim ini
terdapat dalam jaringan tertentu dan dapat bekerja sebagai kaalis dalam reaksi
penguraian beberapa ketosa dan monofosfat, misalnya fruktosa-1,6-difosfat,
sedoheptulose-1,7- difosfat, fruktosa-1-fosfat, eritulosa-1-fosfat. Hasil
reaksi penguraian tiap senyawa tersebut yang sama adalah dihidroksi aseton
fosfat.
5. Triosafosfat Isomerase
Dalam reaksi
penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu
D-gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi-aseton fosfat. Yang mengalami reaksi
lebih lanjut dalam proses glikolisis adalah D-gliseraldehida-3-fosfat.
Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksiasotonfosfat menjadi
D-gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidrosiasetonfosfat akan bertimbun
didalam sel. Hal ini tidak berllangsung karena dalam sel terdapat enzim
triofosfat isomerase yang dapat mengubah dihidrokasetonfosfat menjadi
D-gliseraldehida-3-fosfat. Adanya keseimbangan antara kedua senyawa tersebut
dikemukakan oleh Mayerhof dan dalam keadaan keseimbangan dihidroksiaseton
fosfat terdapat dalam jumlah dari 90%.
6. Gliseraldehida-3-fosfat Dihidrogenase
Enzim ini
bekerja sebagai katalis pada reaksi gliseraldehida-3-fosfat menjadi 1,3 difosfogliserat.
Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+. Sedangkan gugus fosfat
diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam
karboksilat. Gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase telah dapat diperoleh dalam
bentuk Kristal dari ragi dan mempunyai berat molekul 145.000. Enzim ini adalah
suatu tetramer yang terdiri atas empat subunit yang masing-masing mengikat
suatu molekul NAD+, jadi pada tiap molekul enzim terikat empat
molekul NAD+.
7. Fosfogliseril Kinase
Reaksi yang
menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat menjadi
asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk datu molekul ATP dari ADP dan
ion Mg2+diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa
fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan
energy yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk ATP.
8. Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril
mutase bekerja sebagai katalis pada reaksipengubahan asam 3-fosfogliserat
menjadi asam 2-fosfogliserat.Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat dari
suatu atom C kepada atom C lain dalam suatu molekul. Berat molekul enzim ini
yang diperoleh dari ragi ialah 112.000.
9. Enolase
Reaksi
berikutnya ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar
dengan katalis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor.
Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah pembentukan asam
fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar dengan katalis enzim enolase dan
ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi pembentukkan asam fosfofenol
piruvat ini ialah reaksi dehidrasi. Adanya ion F- dapat
menghambat kerja enzim enolase, sebab ion F- dengan ion Mg2+dan
fosfat dapat membentuk kompleks magnesium fluoro fosfat. Dengan terbentuknya
kompleks ini akan mengurangi jumlah ion Mg2+ dalam campuran
reaksi dan akibat berkurangnya ion Mg2+maka efektivitas reaksi
berkurang.
Enzim ini
menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir glikolisis,
yaitu pembentukan asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi
ini digunakan NAD sebagai koenzim (Anna Poedjiadi, 1994).